Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Maria Kristin Yulianti

kamu pengunjung yg keberapa??

Sabtu, 23 Mei 2009

Biografi dan Prestasi.



Biografi dan Prestasi.

Nama: Maria Kristin Yulianti.
Lahir: Tuban, 25 Juni 1985.
Tinggi, berat badan: 167 cm, 53 kg
Klub: Djarum Kudus.
Pelatnas: 2002.
Pelatih: Ivanna Lie, Hendrawan, Marleve Mainaky.


Prestasi:

- Perseorangan:
1. 2002: Malaysia Satellite (semifinal)
2. 2003: Singapore Satellite (perempat final)
3. 2004: Vietnam Satellite (semifinal); Malaysia Satellite (juara)
4. 2005: Jakarta Satellite (juara); GP Selandia Baru Terbuka (semifinal); Surabaya Satellite (juara); Indonesia
Terbuka (perempat final); GP Taiwan Terbuka (perempat final).
5. 2006: Singapura Satellite (juara); Surabaya Satellite (juara), GP Luk¬semburg Terbuka (peringkat 11); GP
Belanda Terbuka (perempat final).
6. 2007: Indonesia Terbuka (perempat final); GP Taiwan Terbuka (perempat final).
7. 2008: GP Jerman Terbuka (perempat final); Indonesia Terbuka (peringkat 11)

Beregu:
1. 2003: Piala Sudirman (semifinal)
2. 2004: Piala Uber (penyisihan grup)
3. 2007: Piala Sudirman (final)


Maria Kristin Yulianti baru berusia 7 tahun sewaktu Susi Susanti mencatatkan diri dalam sejarah olimpiade Barcelona 1992. Susi menjadi atlet bulu tangkis pertama di dunia yang merebut emas olimpiade sekaligus meraih emas olimpiade pertama bagi Indonesia.
Oleh J WASKITA UTAMA

“Saya tahu Ci Susi dapat emas, tetapi tidak terlalu peduli. Waktu itu saya ti¬dak suka bulu tangkis" ujar Ma¬ria.
Tak pernah terbayang jika 16 tahun kemudian dia naik ke podium olimpiade dan menyaksikan benders Merah Putih dikibarkan di cabang yang dulu tidak disukainya itu. Dia memang belum seperti Susi yang berdiri di tengah, Ma¬ria berdiri di tepi dengan perolehan sebuah perunggu. Namun, hasil itu jauh melampaui perkiraan semua pihak, bahkan dirinya sendiri.Semua ini bermula di Tuban, sebuah kabupaten di pantai utara Jawa Timur. Dorongan kuat dari ayahnya, Yuli Purnomo membuat Maria kecil mulai ber¬latih bulutangkis dalam usia enam tahun. Bulu tangkis adalah olahraga kegemaran sang ayah, seorang petugas penyuluh pertanian lapangan yang juga me¬latih bulutangkis untuk anak-anak. "Sebenarnya saya tak suka bulu tangkis, lebih senang melihat bola voli tapi Bapak mendorong saya untuk main bulu tangkis" ujar Maria.

Maria ditolak masuk klub Djarum Kudus pada usia 10 ta¬hun karena badannya terlalu kecil. la meneruskan latihannya di klub JPNN Jember. Dia men¬coba lagi masuk Djarum Kudus dan diterima tahun 1998. Di klub ini, kecintaannya pada bulu tangkis mulai tumbuh.

"Saya masuk sekolah siang, pagi selalu berlatih dan ikut ke¬juaraan taruna. Lama-lama saya mulai senang dan berniat serius di bulutangkis daripada latihan dan sekolah berantakan dua-duanya" tutur Maria.

Karier Maria berlanjut hingga dia dipanggil masuk Pelatnas Cipayung tahun 2002. Belum lagi berusia 18 tahun, Maria sudah memperkuat tim Piala Sudirman Indonesia pada tahun 2003. Setelah itu Maria berkutat di turnamen level satellite, dengan ge¬lar internasional pertama direbutnya di Malaysia Satellite 2004.

Kegagalan tim Piala Uber pa¬da kualifikasi Piala Uber di Jai¬pur, India, Februari 2006, sem¬pat mengancam posisi Maria di pelatnas. PBSI pun mencanang¬kan program bersih-bersih dan memberi ultimatum kepada pa-rs pemain putri untuk tampil lebih balk atau keluar dari pelatnas. Maria menyambut tantangan ini dengan dua gelar juara tur¬namen satellite di Singapura dan Surabaya serta hasil terbaik di Banding pemain putri lainnya pada tur Eropa tiga Negara (Luksemburg, Denmark, dan Belanda).

Posisinya sebagai pemain nomor 1 tak tergeser meski di turnamen level superseries prestasinya belum beranjak dari 8 besar. Keadaan berubah setelah ke¬jutan tim Piala Uber Indonesia pada putaran final di Istora Se¬nayan, Jakarta, Mei lalu. Dengan Maria sebagai tunggal pertama, Indonesia di luar dugaan lolos ke final sebelum menyerah dari juara bertahan, China. Sukses ini membangkitkan kepercaya¬ an diri pada Maria.Bermodal inilah Maria mena¬tap Olimpiade 2008 dengan le¬bih percaya diri. Mengalahkan Schenk pada babak pertama, Maria semakin yakin setelah menang atas Rasmussen di 16 besar. "Awalnya saya pikir akan kalah dari Tine. Ternyata dia bi¬sa dilewati, jadi saya semakin yakin" ujarnya. Kejutan terbesar Maria dibuatnya pada perebutan tempat ketiga dengan menundukkan Lu Lan, sang harapan masa depan China. Maria pun mengembalikan reputasi tung¬gal putri Indonesia yang menunggu 12 tahun untuk kembali meraih medali dari olimpiade.

Seperti kacang tak lupa akan kulitnya, Maria mempersembahkan medali perunggu ini bagi Hendrawan, mantan pelatih tunggal putri dan Marleve Mai¬naky pelatihnya sekarang.
"Keduanya tetap mendukung saya saat mau dikeluarkan dari pe¬latnas. Ko Hendrawan juga yang bercita-cita tunggal putri Indo¬nesia tampil di Olimpiade Bei¬jing setelah gagal lolos ke Olimpiade Athena 2004," ujarnya.
Maria berterima kasih kepada Hendrawan yang tak hanya menjadi pelatih tetapi juga bisa menjadi teman bicara.
"Kami bisa ngobrol hal lain juga. Latihan tetap berat tetapi suasananya rileks dan masih bi¬sa bercanda. Ko Hendrawan tahbu kondisi kami sehingga kami tahu apa yang harus dilakukan di lapangan" ujarnya.

Dengan berjalannya waktu, Maria juga mulai menemukan polo permainannya sendiri. Senjata andalannya, yakni pukulan silang menukik dekat net yang kerap dikeluarkan setelah menguras tenaga lawan dengan bermain reli dan menempatkan bola ke sudut-sudut lapangan.

Uniknya, kemenangan Maria hampir selalu terjadi dalam tiga game, setelah kalah di game pertama. Petugas media Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) sampai menjulukinya the queen of three games.
"Bukannya enggak mau menang lebih cepat, tetapi memang mainnya seperti itu. Di game pertama saya jarang langsung bisa in dengan permainan. Saya selalu memulai dengan lob, baue menyerang belakangan jika saatnya tepat, tak bisa seperti Fir¬da (Adrianti Firdasari, rekannya di pelatnas) yang langsung menyerang," ujar penggemar komik Conan dan novel teenlit ini.

Maria siap memenuhi harapan Indonesia untuk berprestasi lebih baik. "Saya tetap santai dan menikmati permainan. Tetapi saya sadar ada tanggung jawab, ada harapan dari orang lain untuk terus berprestasi. Sa¬ya harus lebih dewasa. Saya merasa sudah banyak kemajuan meski belum terlalu stabil," ujarnya.

la juga berharap keberhasilannya memicu pemain putri lain untuk berprestasi. Dia juga ingin tunggal putri di Indonesia tak lagi dipandang sebelah mata atau dianaktirikan pembinaannya.

"Pemain China bisa dikalahkan, saya sudah membuktikan. Mereka memang bagus tetapi kelasnya enggak jauh banget. Pemain putri Indonesia jangan dipandang sebelah mata. Rekan-rekan juga pasti bisa, asal diberi kesempatan bertanding lebih banyak lagi," ujarnya. Selengkapnya...

Maria Kristin Menatap Olimpiade 2012



Maria Kristin Yulianti tidak menyangka akan disambut dengan sangat dan meriah ketika tiba di Tanah Air pada Selasa (19/8). Sama halnya dengan perkiraan banyak orang yang tidak menyangka Maria berhasil mempersembahkan keping medali perunggu.
Maria Kristin Yulianti tidak menyangka akan disambut dengan sangat dan meriah ketika tiba di Tanah Air pada Selasa (19/8). Sama halnya dengan perkiraan banyak orang yang tidak menyangka Maria berhasil mempersembahkan keping medali perunggu.

“Selain merasa senang dan bangga, saya juga tidak menyangka bi¬sa sampai sejauh ini di Olimpiade. Tapi, semenjak awal saya memang sudah memiliki mimpi untuk merebut medali di Olimpiade,” kata Maria Kristin.

Gadis kelahiran Tuban ini menambahkan bahwa ketika bertanding dan sempat ketinggalan dari lawan, hal yang paling memotivasinya adalah pemikiran bahwa kesempatan tidak datang dua kali. Jadi kesempatan untuk berlaga di Olimpiade harus dipergunakan sebaik-baiknya.

“Maria memang menun¬jukkan kemajuan yang cukup baik pada beberapa turnamen sebelumnya sehingga di Olimpiade penampilannya semakin baik,” ujar Christian Hadinata, pelatih kepala.

Harapan akan munculnya seorang Susy Susanti yang baru kini mengembang.Pem¬bawaan Maria yang tenang mirip dengan legenda bulutangkis Indonesia itu.

Namun, cedera lutut yang pernah dialami Maria diharapkan tidak akan mengganggu prestasi gadis berusia 23 tahun itu di masa depan. “Indonesia masih bisa berharap pada Maria sampai Olimpiade 2012 jika dia mampu terus menjaga konsistensi permainan dan menunjukkan kemajuan. Dia juga harus bisa menjaga diri karena sebelumnya pernah mengalami cedera,” kata Christian. Selengkapnya...

Minggu, 17 Mei 2009

apa pula inih? halah. teu ngartos. haha
tp thx wad neng geulis el, hehehe..


Rules:
1. Put the logo in one of your posts
2. Put the link of the blog who has given you this award
3. Give this award to those 10 people who are friendly and inspiring, put their blogs’ links as well
4. Tell them you’ve given this award by leaving a message on their blogs Selengkapnya...


kangeeeeeeeeeeeeeen k.mariaaaaaaaaaa... huhu Selengkapnya...

Jumat, 15 Mei 2009

Maria Kristin (4) Nonton Bareng, Keluarga Tak Doyan Makan


Tuban – Ada rutinitas tersendiri di keluarga pasangan Yuli Purnomo (45) dan Herbiyanti (42) warga Desa Rayung, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban.

Yakni melihat anak puteri pertamanya, Maria Kristin Yulianti, yang tak lain adalah altet bulu tangkis tunggal wanita kebanggaan Indonesia, ketika bermain di tiap turnamen yang diikutinya.

Walaupun hanya di layat televisi, keluarga Yuli tidak pernah melewatkan pertandingan yang melibatkan Maria Kristin.

Seperti saat Maria, begitu atlet berparas manis itu dipanggil, berlaga di Olympiade Beijing, China. Saat melawan Zhang Ning di babak semifinal, Jumat (15/8/2008), Yuli bersama istrinya bermandi keringat di depan televisi.

Ia bersama keluarga dan beberapa teman Maria yang menyaksikan langsung di rumah kediaman mereka, awalnya tidak menyangka kalau pertandingannya siang hari.

Sebab, salah satu televisi yang menyiarkan olympiade sebelumnya menayangkan pidato kepresidenan memperingati HUT RI Ke-63.

Namun, saat selesai acara rapat paripurna di gedung DPRRI tersebut, pertandingan live Maria melawan jago gaek tuan rumah, Zhang Ning langsung dihelat.

Akhirnya, kebiasaan makan sebelum menyaksikan pertandingan Maria tidak dilakukan. Hal itulah yang membuat seluruh keluarga akan sulit menelan nasi atau makanan lain, setelah Maria bertanding.

Hal itu terbukti, disela-sela pertandingan berlangsung dan Maria tertinggal dari Zhang Ning, spot jantung terjadi dihampir seluruh ruangan. Walaupun perut terasa melilit, namun keluarga juga belum bisa makan sedikit pun.

"Hal itu biasa terjadi saat Maria bertanding. Walaupun menang, kami serasa tidak bisa menelan nasi atau makanan lain," tegas Yuli kepada beritajatim.com, yang ikut nonton bareng di rumah Maria.

Nonton bareng tersebut nampak serasa lebih emosional dibandingkan dengan nonton bareng yang lain. Sebab, dengan sepenuh hati keluarga Maria memberikan support dan mencurahkan semua doa, hanya demi kemenangan Maria.

Tetapi, akhirnya perjuangan Maria terhenti di perhelatan Olympiade Beijing dengan manis, walaupun takluk dari Zhang Ning.

Seperti biasa, adat kesulitan untuk mengisi perut yang keroncongan lagi-lagi harus diderita oleh keluarga Yuli. Bahkan, hingga menjelang mata hari terbenam, tanda hari akan beranjak malam, mereka juga mengaku belum makan sedari siang.

"Kami masih terharu dengan perjuangan Maria yang tak kenal lelah," tegas ibunda Maria sambil mengusap air matanya yang mulai meleleh.

Walaupun begitu, kondisi tersebut akan kembali normal jika suasana mulai mereda. Mereka juga akan langsung mengisi perut yang sejak pukul 12.00 WIB belum terisi sedikitpun makanan. Selengkapnya...

Maria Kristin (3) Sosok Pendiam Dan Berwatak Keras


Tuban – Kalem dan pendiam. Itulah kesan pertama kali yang didapat seseorang saat melihat Maria Kristin Yulianti, pebulu tangkis nasional yang asli Kabupaten Tuban.

Memang benar, sejak kecil Maria, begitu ia biasa dipanggil, memilik sifat yang mengekor pada ibunya, Herbiyanti (42). Maria memiliki tekad yang kuat, namun juga berwatak keras dan bertingkah laku pendiam.

Kepada beritajatim.com, ayah Maria yang bernama Yuli Purnomo (45) menceritakan banyak mengenai sifat anaknya tersebut.

"Maria tidak pernah manja, namun kalau wataknya sedikit keras memang iya," kata Yuli dengan penuh keyakinan.

Watak bawaan sejak lahir itulah yang hingga kini masih tetap terpatri dalam diri Maria, walaupun ia sudah berada di pelatnas Cipayung. Sehingga, ketika orang tidak bisa menyelami Maria secara utuh, maka akan kebingungan.

Yuli mencontohkan, saat awal mula mengenal olah raga teplok bulu tersebut, Maria sempat keranjingan ingin terus memegang raket. Sampai-sampai akan tidurpun ia selalu membawanya dan ketika dipisahkan, ia akan marah. "Itu salah satu contoh tekad bulat yang dimiliki Maria," terangnya.

Saat latihan pun, terkadang sifatnya yang lain, yakni bertanggungjawab dan memegang amanah, juga muncul. Seperti saat pelajaran fisik, tanpa dihitung pun ia akan mengelilingi lapangan sesuai dengan perjanjian atau ucapan yang dikatakannya.

"Kalau mengitari 10 kali, maka ia akan melakukannya. Bisa-bisa akan lebih banyak dari yang disuruh. Itulah bukti tanggungjawab maria," sambungnya.

Bahkan, karena sifatnya yang pendiam dan sedikit tertutup, Yuli mengaku sempat dimintai masukan oleh pelatihnya yang berada di pelatnas. Karena, pernah Maria tidak bersedia latihan tanpa ada alasan yang jelas.

Sehingga, pelatih fisik pelatnas Cipayung kebingungan yang melihat Maria langsung meninggalkan tempat latihan ke kamarnya saat diminta melakukan pemanasan.

Usut punya usut, ternyata Maria mengaku kakinya sedang sakit dan terasa ngilu saat dibuat lari. Sehingga, pelatih baru menyadari kalau Maria perlu istirahat.

"Memang, kalau tidak ditanya, maka Maria akan sulit berbicara banyak," sambungnya.

Kondisi seperti itulah yang terkadang mempengaruhi permainan Maria di lapangan beberapa tahun lalu. Namun, sejak dipegang pelatih Hendrawan dan saat ini Marlev Mainaki, watak Maria mulai diketahui pelatih.

Sehingga, ketika ada apa-apa, pelatih akan langsung mendekati Maria untuk memberikan motifasi atau sekadar menanyakan apa yang terjadi. "Pernah lho setelah mengalahkan Zhang Ning, Maria kalah dengan pebulu tangkis non unggulan asal Bulgaria karena gara-gara sakit gigi," tambah pria yang setiap hari bertugas sebagai PNS di PPL Senori itu.

Disamping wataknya seperti itu, Maria sangat royal kepada siapa saja, khususnya ke keluarga. Seperti beberapa waktu lalu setelah Sea Games, hasil uang yang didapatkan ia berikan untuk merenovasi rumah yang baru jadi disamping.

"Selain ke keluarga, Maria tidak pernah perhitungan dengan teman atau family lainnya," lanjutnya. Selengkapnya...

Maria Kristin (2) Kelas 3 SD Sudah Juara Tingkat Kabupaten


Tuban – Kerja keras pasangan Yuli Purnomo (45) dan Herbiyanti (42) untuk menjadikan Maria Kristin Yulianti sebagai pebulu tangkis hebat mulai kelihatan.

Tepatnya saat kelas 3 di SDN Rayung, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, Maria, begitu altet nasional itu biasa dipanggil, berhasil menyabet juara satu olah raga bulu tangkis perorangan putri diajang Porseni Se Kabupaten Tuban.

Melihat potensi Maria mulai kelihatan, Yuli dengan segenap kemampuannya berspekulasi menyekolahkan Maria ke Kabupaten Jember, Jawa Timur, untuk menimba ilmu sekaligus memperdalam ilmu bulu tangkisnya.

Hingga lulus SD, Maria tinggal di Jember dan melanjutkan Sekolah Tingkat Pertama (SMP) di tempat itu juga. Namun, menjelang kelas II SMP, Yuli kembali berspekulasi memindah Maria ke SMP Kudus.

Disana, Yuli mendaftarkan Maria ke sekolah bulu tangkis milik perusahaan rokok, yakni PB Djarum. Ternyata, prestasi Maria makin terasah dan bertambah mengkilat di sekolah yang berada di Jawa Tengah tersebut.

Lambat laun, usia Maria bertambah matang dan ia dilirik oleh pelatnas Cipayung saat masuk final di salah satu pertandingan resmi yang digelar secara nasional.

"Kami lupa, pertandingan apa. Yang pasti, Maria saat itu menembus final perorangan puteri," kata Yuli sambil tersenyum ramah.

Pasca final tersebut, Maria langsung direkrut masuk pelatnas Cipuyung dan melanjutkan sekolah di SMA Ragunan. Kehidupan Maria juga mulai berubah dan ia semakin giat berlatih untuk menunjukkan jati dirinya.

Awal masuk pelatnas, prestasi Maria di tunggal wanita belum nampak, karena masih banyak atlet bulu tangkis wanita yang lebih senior. Namun, Maria tidak pernah putus asa dan terus didorong untuk berlatih serius.

Prestasinya mulai nampak, saat ia dipercaya untuk membela merah mutih diarena super series di beberapa negara. Ia nampak mulai matang dan beberapa kali masuk ke semifinal. Namun, prestasi mengkilap belum juga nampak.

"Pesan kami kepada Maria, ia pokoknya harus lebih giat berlatih," terang Yuli yang mengaku asli dari Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban tersebut.

Akhirnya, yang ditunggu-tunggu muncul juga. Maria dengan perkasa mulai menerobos dominasi pebulu tangkis tunggal wanita China (Tiongkok).

Bahkan, mantan juara dunia yang sekaligus peraih emas Olympiade Athena 2004, Zhang Ning berhasil ia kalahkan pada pertandingan Indonesia Open.

Prestasi Maria terus berlanjut, yakni saat membantu beregu puteri merah putih lolos di partai puncak Uber Cup 2008, sebelum dikandaskan oleh negeri tirai bambu.

"Sejak itulah, Maria menemukan kepercayaan dirinya dan prestasinya bertambah mengkilap. Namun, kami meminta Maria jangan cepat puas diri," lanjut Yuli.

Decak kagum kembali harus dialamatkan kepada Maria saat berhasil menembus semifinal Olympiade Beijing, China. Dan memecahkan penantian panjang tunggal puteri Indonesia, untuk berbicara banyak di event multi tersebut.

Namun, kali ini langkah hebat Maria harus terhenti oleh keperkasaan tunggal gaek tuan rumah, Zhang Ning dengan skor 21-15 dan 21-15.

"Kami sudah cukup puas dengan prestasi Maria, walaupun tidak bisa menembus partai puncak," kenangnya sambil matanya berkaca-kaca.

Mengkilapnya prestasi Maria belakangan ini juga mulai diikuti jejak sang adik, Krisnatan Yulianto yang saat ini membela club PB Suryanaga Surabaya.

Tidak hanya itu saja, adik Maria yang paling kecil, Mahdatalia Yulianti, yang saat ini baru berusia 3,5 tahun, juga sangat menginginkan menjadi pebulu tangkis seperti sang kakak. Selengkapnya...

Maria Kristin (1) Dilatih Teplok Bulu Sedari Bayi


Siapa menyangka, seorang perempuan asal desa terpencil di pinggiran Kabupaten Tuban bisa menjadi tenar dan membanggakan bangsa Indonesia.

Itulah yang terlihat dari sosok Maria Kristin Yulianti (23), penghuni pelatnas Cipayung kelahiran Desa Rayung, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban.

Desa tempat kelahiran Maria, begitu ia biasa dipanggil dilingkungan keluarganya, jauh dari keramaian kota. Itu wajar. Sebab, jarak yang harus ditempuh untuk sampai di desa maria dari Kabupaten Tuban, kurang lebih 50 sampai 60 kilometer.

Itupun harus dilalui dengan jalan berkelok-kelok dan sempit. Namun, baik roda dua maupun empat akan dengan mudah bisa menjangkaunya, karena kondisi jalan beraspal hotmik khas Tuban siap mengantarkannya.

Sebenarnya, jarak yang paling dekat untuk menjangkaunya adalah dari Kota Bojonegoro. Sebab, hanya kurang lebih 20-25 km saja atau sekitar 20 menit perjalanan akan bisa sampai ke rumah berlantai dua di tepian jalan poros kecamatan, antara Kecamatan Parengan dan Senori.

Beritajatim.com yang sempat singgah ke rumahnya sempat menggelengkan kepala. Sebab, dari desa terpencil itulah muncul atlet bulu tangkis nasional yang mulai ditakuti di kancah Internasional.

Jumat (15/8/2008) sore itu, suasana cerah nampak jelas memayungi sekitar Kecamatan Parengan dan Senori. Tak nampak akan turun hujan, seperti sehari sebelumnya.

Hamparan area pesawahan langsung menyambut, saat memasuki Kecamatan Parengan yang memang berbatasan dengan tempat tinggal Maria.

Warga yang ramah pun langsung menyambut, ketika beritajatim.com menanyakan rumah Maria, yang dikalangan warga setempat sangat terkenal. "Ya, mungkin 10 km lagi dari pertigaan Brangkal ini," tegas salah seorang abang ojek kepada beritajatim.com.

Tak lama kemudian, beritajataim.com sampai dirumah bercat putih dengan dikelilingi pagar besi bercat hijau muda setinggi orang dewasa. Nampak bagian sebelah kanan rumah Maria berlantai dua dan belum selesai dibangun.

Rumah tersebut nampak asri, dengan seekor anjing berwarna cokelat yang terus mengawasi siapa saja yang masuk, tak terkecuali beritajatim.com yang berada di luar pagar.

Tidak begitu lama, seorang laki-kai berumur sekitar 45 tahun menyapa ramah dari balik pintu berwarna utama cokelat.

Pria tersebut tak lain adalah bapak dari Maria Kristin Yulianti yang bernama Yuli Purnomo. Tanpa basa-basi, ia langsung mempersilahkan beritajatim.com masuk ke rumahnya yang asri tersebut.

Di ruang tamu berukurang kurang lebih 2×3,5 meter tersebut, dengan santai Pak Yuli, begitu ia biasa disapa warga, bercerita tentang masa kecil Maria yang sulit.

Sebab, Maria hidup di lingkungan keluarga Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan mengandalkan gaji seorang PNS, Yuli dengan sekuat tenaga membesarkan Maria bersama sang istri yang bernama Herbiyanti (42).

Saat mengandung Maria, Yuli yang ditempatkan sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di wilayah Senori, mengaku sangat ingin anaknya yang lahir kelak menjadi pebulu tangkis. Sebab, ia selama ini sangat gemar dengan olah raga teplok bulu tersebut.

Sehingga sangat wajar, kalau ia mempunyai persatuan bulu tangkis (PB) Kumala yang dilatih sendiri di Desa Sembung, Kecamatan Singgahan.

Saat masih bayi, atau sekitar berumur 3 Tahun, Yuli telah mengenalkan bulu tangkis kepada anak pertamanya itu. Walaupun perempuan, ia ingin Maria nanti menjadi perempuan yang tangguh dan mandiri.

Dengan peralatan seadanya, ia dengan sabar melatih dan mengenalkan olah raga yang kurang familier di desa setempat kepada sang buah hati.

Dengan cara mengajak Maria ke tempat latihan, yakni di lapangan gedung KUD Sembung, Yuli mengajari Maria tanpa ada kata mengeluh. Akhirnya, usahanya mulai berhasil dan Maria lambat laun cinta pada olah raga teplok bulu. Selengkapnya...